Selasa, 17 Maret 2015

Bukti Nyata



Mahasiswa yangg katanya intelektual
Mahasiswa yang katanya orang terdidik
Mahasiswa yang katanya cerdas
Dapatkah itu kita sandangkan kepada mahasiswa saat ini?
Keintelektualannya semakin habis terkikis masa, kini pemuda dibungkam mulutnya dengan berbagai suguhan madu berbalut racun oleh para kapitalisme global.
Pragmatis, apatis, hedonis, individualis, apolitis itulah predikat yang disandang oleh mahasiswa pada hari ini. Sibuk dengan diri sendiri tanpa tau yang terjadi.
Hidup merka habiskan dengan cerita cinta layaknya drama FTV tak jarang berujung bunuh diri dan aborsi..
Dibodohkan dengan system pendidikan saat ini, di ajarkan sekedar mengejar materi bukan menjadi ahli namun hanya menelan mentah-mentah setiap kebijakan yang diberi.
Teriakan dan kritikan tak terlontar lagi dari mulut mahasiswa maupun mahasiswi.
Macan yang dulu selalu mengaum dalam ketidak adilan sekarang tertidur pulas bagaikan disuntik mati.
Suatu ketika teriakan itu muncul, takbanyak dari mereka melakukan aksi dan demostrasi namun tak tau solusi hakiki, hanya anarkisme yang terjadi.. Tetap saja mereka lakukan seperti tak punya harga diri.
Disisi lain kecermelangan berfikir mereka dapati, tak seperti kedangkalan kapitalisme dan kedalaman berfikir komunisme , mereka yang tanpa henti mengkaji situasi,akhirnya tertunjuki dan memecahkan solusi dengan hakiki, hanya untuk yang tertunjuki..
Semua yang terjadi mereka kembalikan kepada illahi rabbi sang pencipta dan pengatur alam semesta ini. Teriakan dengan arah yang pasti itu datang kembali sesuai dengan risalah nabi dan janji illahi,,semakin hari merka semakin membumi dan kini ditakuti oleh para petinggi negeri. Tak mudah rintangan yang dihadapi, pengorbanan kesabaran mereka dedikasikan untuk menegakkan kembali hak yang telah dikubur mati.. Inilah yang pantas disebut pejuang sejati, pejuang yang tak bergerak 5 tahun sekali, bukan pejuang sebungkus rokok ataupun nasi namun perjuang yang bergerak karna kesadaran diri. Pergerakkan mereka jajaki dengan merubah setiap pemikiran asing yang mencokoli,, bukan berarti omongan tak berarti.

by Osi Trisna