Pengertian Data Center
Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan beberapa kumpulan server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data (storage) yang dikondisikan dengan pengaturan catudaya, pengatur udara, pencegah bahaya kebakaran dan biasanya dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik.
Servis utama yang secara umum diberikan oleh data center adalah sebagai berikut:
1. Business Continuance Infrastructure (Infrastruktur yang Menjamin Kelangsungan Bisnis)
Aspek-aspek yang mendukung kelangsungan bisnis ketika terjadi suatu kondisi kritis terhadap data center. Aspek-aspek tersebut meliputi kriteria pemilihan lokasi data center, kuantifikasi ruang data center, laying-out ruang dan instalasi data center, sistem elektrik yang dibutuhkan, pengaturan infrastruktur jaringan yang scalable, pengaturan sistem pendingan dan fire suppression.
2. DC Security Infrastructure (Infrastruktur Keamanan Data Center)
Terdiri dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center. Fitur sistem pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa kunci akses memasuki ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap petugas keamanan yang mengawasi keadaan data center (baik di dalam maupun di luar), pengamanan fisik juga dapat diterapkan pada seperangkat infrastruktur dengan melakukan penguncian dengan kunci gembok tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan terhadap bagian software atau sistem yang berjalan pada perangkat tersebut, antara lain dengan memasang beberapa perangkat lunak keamanan seperti access control list, firewalls, IDSs dan host IDSs, fitur-fitur keamanan pada Layer 2 (datalink layer) dan Layer 3 (network layer) disertai dengan manajemen keamanan.
3. Application Optimization (Optimasi Aplikasi)
Akan berkaitan dengan layer 4 (transport layer) dan layer 5 (session layer) untuk meningkatkan waktu respon suatu server. Layer 4 adalah layer end-to-end yang paling bawah antara aplikasi sumber dan tujuan, menyediakan end-to-end flow control, end-to-end error detection &correction, dan mungkin juga menyediakan congestion control tambahan. Sedangkan layer 5 menyediakan 11 riteri dialog (siapa yang memiliki giliran berbicara/mengirim data), token management (siapa yang memiliki akses ke resource bersama) serta sinkronisasi data (status terakhir sebelum link putus). Berbagai isu yang terkait dengan hal ini adalah load balancing, caching, dan terminasi SSL, yang bertujuan untuk mengoptimalkan jalannya suatu aplikasi dalam suatu sistem.
4. Infrastruktur IP
Infrastruktur IP menjadi servis utama pada data center. Servis ini disediakan pada layer 2 dan layer 3. Isu yang harus diperhatikan terkait dengan layer 2 adalah hubungan antara server farms dan perangkat layanan, memungkinkan akses media, mendukung sentralisasi yang reliable, loop-free, predictable, dan scalable. Sedangkan pada layer 3, isu yang terkait adalah memungkinkan fast-convergence routed network (seperti dukungan terhadap default gateway). Kemudian juga tersedia layanan tambahan yang disebut Intelligent Network Services, meliputi fitur-fitur yang memungkinkan application services network-wide, fitur yang paling umum adalah mengenai QoS (Quality of Services), multicast (memungkinkan kemampuan untuk menangani banyak user secara konkuren), private LANS dan policy-based routing.
5. Media Penyimpanan
Terkait dengan segala infrastruktur penyimpanan. Isu yang diangkat antara lain adalah arsitektur SAN, fibre channel switching, replikasi, backup serta archival. Gambar berikut menunjukkan servis utama yang disediakan oleh arsitektur Data Center yang saling berkaitan:
Gambar 1 Servis Utama Data Center
Gambar 2 Stakeholder untuk solusi Data Center
Berbagai pihak yang ikut terlibat dalam perencanaan dan pembangunan suatu data center, diantaranya adalah:
1. Arsitektur dan para engineer
2. Konsultan (konsultan teknologi dan konsultan bisnis
3. End user
4. Perusahaan manufaktur/vendor terkait
Kriteria Perancangan Data Center
Dalam melakukan perancangan terhadap sebuah data center, harus diperhatikan kedua hal tersebut dengan tujuan mendapatkan data center sesuai dengan kriteria berikut:
· Availability
Data center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data center harus dibuat sebisa mungkin mendekati zero-failure untuk seluruh komponennya.
· Scalability dan flexibility
Data center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh data center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi data center secara keseluruhan.
· Security
Data center menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.
Tier pada Data Center
Perancangan data center berangkat dari kebutuhan yang ada, untuk kemudian didefinisikan berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur data center yang lain. Ada 4 tier dalam perancangan data center yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu data center menurut TIA 942 (Telecommunication Industry Association). Berikut diberikan tabel spesifikasi setiap tier:
Tabel 1 Tier pada Data Center
Analisis Perancangan Business Continuance Infrastructure
Berdasarkan landasan kajian yang ada maka akan diberikan pemaparan mengenai data center ideal untuk setiap aspek yang ada di data center kemudian akan diturunkan menjadi guideline perancangan data center untuk dalam bentuk tabel kriteria.
Gambar 5 Aliran Aktivitas dalam Perancangan Infrastruktur Data Center
a. Pemilihan Lokasi
Lokasi merupakan faktor terpenting dalam perancangan data center. Sebuah lokasi data center yang ideal adalah lokasi yang menawarkan berbagai kualitas seperti berikut :
1. Perlindungan dari bahaya.
2. Akses yang mudah.
3. Fitur-fitur yang mengakomodasi pertumbuhan dan perubahan dimasa depan.
4. Opsi untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery Option).
5. Mendukung key desain strategies (robust, modular, fleksibel, dan standar).
6. Memperhatikan masalah latency network.
7. Aspek untuk redundancy.
Langkah pertama ketika mengevaluasi lahan kosong yang cocok untuk data center adalah penentuan bagaimana lahan tersebut dipetakan (zoning). Zoning mengontrol apakah data center diijinkan untuk dibangun disana. Hal ini berkaitan dengan peraturan pemerintah untuk penggunaan lahan dan juga aspek keamanan data center itu sendiri. Harus diperhatikan juga lokasi yang berada disekitar area data center, apakah berupa perumahan, kawasan industri, perkantoran, atau lahan pertanian. Sehingga bisa mengantisipasi dari awal kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.
Zoning masih harus tetap dilakukan, walaupun membangun data center pada bangunan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, juga harus memperhatikan kode-kode bangunan, kontrol standar bangunan, dan peraturan pemerintah yang lain menyangkut properti dalam bangunan.
Selain itu, lokasi data center yang dipilih hendaknya terhindar dari resiko-resiko seperti berikut ini:
1. Bencana alam
Bencana alam yang sering terjadi adalah seperti: gempa bumi, banjir, kebakaran, tanah longsor, dll. Walaupun itu diluar kekuasaan kita, tetap saja diperlukan upaya-upaya untuk meminimalisir kemungkinan tersebut.
2. Polusi
Polusi yang berlebihan berupa partikel asap dari kebakaran, pabrik, pestisida, dan lain-lain, dapat merusak server dan peralatan-peralatan Data Center lainnya.
3. Interfensi elektromagnetik
Interfensi elektromagnetik dapat ditimbulkan dari sinyal telekomunikasi, bandara, dan kereta api listrik. Interfensi yang berlebihan dapat mengganggu server dan peralatan jaringan.
4. Getaran
Getaran yang cukup besar dapat terjadi didekat rel kereta api, bandara, kawasan industri, konstruksi jalan, dll.
5. Suasana politik
Suasana politik harus benar-benar diperhitungkan, karena kejadiannya sangat tidak bisa untuk ditebak dan disebabkan oleh faktor manusia.
b. Evaluasi Struktur Bangunan
Setelah ditentukan lokasi yang tepat untuk data center, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah identifikasi infrastruktur untuk data center dari berbagai aspek, meliputi ruang pendukung yang dimiliki data center, sistem listrik, struktur kabel.
c. Ruang Pendukung
Untuk mendapatkan kinerja yang optimal, data center perlu dilengkapi dengan beberapa ruang pendukung, diantaranya:
Gambar 6 Ruang Pendukung
1. Ruang Listrik (area 7), dipisahkan dari ruang server untuk menghindari interfensi elektromagnetik.
2. Ruang Jaringan (area 3), merupakan area terpusat tempat dimana semua struktur kabel data berakhir.
3. Loading Dock (area 6), merupakan tempat untuk menerima peralatan yang baru datang untuk data center.
4. Build Room/Staging Area (area 5), merupakan tempat administrator atau network engineer untuk membangun dan mengkonfigurasi peralatan yang akan digunakan bagi data center, menyimpan peralatan sementara sampai proses konfigurasi suatu peralatan tersebut selesai.
5. Ruang Penyimpanan (storage room) (area 4), digunakan sebagai penyimpanan peralatan untuk jangka waktu yang lebih lama. Sehingga tidak mengambil ruangan di dalam ruang data center.
6. Operations Command Center (control room) (area 1), tempat dimana karyawan memonitor server data center.
7. Backup Room (area 2), ruang kerja bagi personil pendukung seperti vendor yang melakukan backup dan memonitor server di data center.
8. Media Storage Area (area 2), untuk penyimpan magnetic, optical, atau media lain yang digunakan untuk melakukan backup dari server dalam data center.
9. Vendor Service Areas, ruangan khusus bagi vendor dalam melakukan sejumlah pekerjaan yang signifikan dalam data center, sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk mereka, sehingga mereka tidak terlalu lama berada dalam ruang data center.Pada ruang-ruang pendukung ini harus diperhatikan bagian yang menjadi penyekat antar ruangan. Sekat ruangan bisa dibuat permanen atau tidak asalkan bisa menutup rapat ruangan dari ruang komputer. Hal ini dimaksudkan agar sistem pendingin ruangan dapat bekerja maksimal.
d. Sistem Listrik Data Center
Kebutuhan energi sebuah data center didapat dari sistem listrik yang dalam hal ini disediakan oleh PLN. Kebutuhan akan listrik pun akan terus bertambah seiring bertambahnya energi yang dibutuhkan oleh data center. Ada 4 pertimbangan umum yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kebutuhan energi yang terus bertambah pada data center, yaitu:
1. Membuat sistem energi (sistem energi dapat berupa sistem listrik, sistem pembangkit energi lainnya) yang modular sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan pertumbuhan atau perubahan kebutuhan energi.
2. Pre-engineered, terapkan solusi identifikasi energi yang standar sehingga meminimalkan perencanaan dan perekayasaan yang akan dilakukan sendiri guna mempercepat pembangunan dan pengimplementasian pada data center.
3. Memilih sistem energi dengan fitur mistake-proofing dan sedikit titik kegagalan yang dapat meningkatkan availabilitas.
4. Menerapkan sistem manajemen energi yang menyediakan visibilitas dan pengontrolan energi pada berbagai level.
Sistem listrik untuk sebuah data center merupakan sumber energi utama sampai saat ini (baik untuk operasional utama dan back-up). Oleh karenanya perancangan sistem listrik harus se-robust mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhan listrik data center dan ketika sewaktu-waktu dapat terjadi gangguan listrik yang telah atau tidak diprediksi sebelumnya, hal tersebut perlu diantisipasi. Pada bagian selanjutnya akan diberikan tabel guideline penyusunan sistem listrik yang ideal untuk data center.
1. Perencanaan Sistem Listrik Secara Umum
Tujuan dari pembuatan sistem energi yang menggunakan modular, sesuai dengan standar, hot swappable, dan terbukti handal dapat mengurangi MTTR (Mean Time to Recover). Perencanaan komponen listrik secara umum dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendefinisian Kebutuhan Energi Listrik dan Pendistribusiannya
Kebutuhan energi listrik dihitung untuk setiap ruangan yang berbeda-beda (biasanya dikategorikan berdasarkan fungsionalitas ruangan). Misalkan pada ruangan server, dihitung jumlah lokasi kabinet server di ruangan tersebut kemudian menghitung sumber energi maksimum yang dibutuhkan agar keseluruhan server tersebut dapat beroperasi (apabila server tersebut hidup semua dalam keadaan normal). Formula dasarnya adalah:
Untuk lebih akurat maka dapat dilakukan perhitungan untuk penambahan kebutuhan listrik untuk mengatasi keadaan kritikal atau saat terjadi penambahan server. Selain server, maka kebutuhan energi lain yang akan dilihat adalah perangkat jaringan, air handler, overhead light, badge access reader, dan perangkat yang membutuhkan energi listrik untuk beroperasi.
Setelah jelas berapa energi listrik keseluruhan yang diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah merancang pendistribusian energi listrik ke seluruh perangkat. Ada dua cara untuk mendistribusikan energi listrik dalam ruang data center, yaitu:
1. Distribusi secara langsung dari PDU ke setiap lokasi kabinet, dipandang lebih fleksibel melalui saluran kabel yang tersedia karena tidak melalui perantara apapun. Namun untuk data center yang berkapasitas besar hal ini tidak mungkin dilakukan karena akan tidak efisien dari segi pengkabelan.
2. Distribusi melalui panel circuit, dari PDU akan menuju ke panel circuit kemudian dari tempat tersebut akan didistribusikan ke masing-masing lokasi kabinet. Jauh lebih efisien dari segi pengkabelan karena untuk jarak yang jauh antara lokasi kabinet server dengan PDU, hanya membutuhkan satu kabel yang panjang, baru kemudian dari panel sirkuit disalurkan ke masing-masing kabinet server dengan kabel yang berjarak pendek.
Gambar 8 Distribusi Kebutuhan Listrik dari PDU melalui circuit panel
Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi maka saluran listrik ke lokasi kabinet server dijalankan dari sumber yang berbeda sehingga perubahan terhadap komponen-komponen listrik, pengkabelan, dan alternatif terminasi didasarkan pada kebutuhan energi secara lokal, tegangan yang biasa dipakai berapa, namun tetap perhatikan desain yang baik untuk sistem listrik keseluruhan (kolaborasi dari modul-modul listrik yang ada). Kemudian perhatikan juga mengenai redudansi kebutuhan energi didalam ruangan, misalnya setiap kabinet server akan memiliki dua power strip dan akan ada receptable yang berbeda juga disetiap server. Pendefinisian kebutuhan listrik juga memasukkan perkiraan tambahan kebutuhan di masa mendatang. Pada bagian perancangan diberikan checklist kebutuhan listrik yang dapat dikustomisasi.
b. Pendefinisian Perangkat Listrik yang Dibutuhkan
Setelah melakukan pendefinisian kebutuhan listrik maka langkah selanjutnya adalah menentukan perangkat listrik apa saja yang akan dipakai dengan memanfaatkan hasil kebutuhan listrik total. Perencanaan perangkat listrik yang dibutuhkan melihat ke-4 pertimbangan umum yang dijelaskan sebelumnya. Sertakan pendefinisian perangkat keamanan untuk sistem listrik dari mulai pengamanan fisik sampai non-fisik, contoh sistem pengamanan untuk sistem listrik antara lain adalah sistem EPO (Emergency Power Off).
c. Implementasi Perangkat Listrik pada Data Center
Implementasi sebaiknya dilakukan secara paralel, karena sistem listrik telah dirancang secara moduler, sehingga akan lebih cepat dan mudah. Implementasi akan meliputi seluruh perangkat listrik dan pengkabelan yang digunakan termasuk juga implementasi perangkat keamanan listrik, pelabelan dan dokumentasi, serta redundansi dari sistem listrik. Redundansi sistem listrik mengandung konsep n+1, dimana n adalah jumlah sistem atau item yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasional spesifik, yang berarti bahwa kegagalan terhadap sistem tunggal dapat ditolerir.
d. Maintenance
Tahap implementasi bukan akhir dari pembangunan sistem listrik pada data center, siklus selanjutnya adalah maintenance terhadap sistem listrik yang sudah dibuat. Siklus akan berputar terus ketika ada perubahan atau penambahan baru. Ketentuan-ketentuan perencanaan sistem listrik data center diberikan dalam bentuk tabel checklist pada bagian perancangan.
2. Pemilihan Power DC dan AC
Distribusi power pada data center untuk perangkat IT pada data center atau ruang jaringan dapat menggunakan power AC atau DC. Namun pada implementasinya, penggunaan distribusi power didominasi oleh AC. Power AC didistribusikan pada tegangan lokal 120V, 208V, atau 230V sedangkan untuk power DC didistribusikan pada standar tegangan telekomunikasi sebesar 480V. Sehingga beberapa kelompok perangkat seperti internet hosting site (tempat terpasangnya perangkat telekomunikasi) pada data center memakai power DC (setidaknya hanya 10% dari kebutuhan keseluruhan yang menggunakan DC), namun untuk kelompok perangkat lainnya menggunakan power AC Pertimbangan pemilihan antara AC dan DC mencakup ditampilkan dalam tabel berikut:
e. Sistem Pendingin Data Center
Gambar Atas: Koridor Dingin
Gambar Atas: Koridor Panas
Sistem pendingin pada data center dibuat untuk menjaga kestabilan temperatur yang cocok untuk data center. Keadaan temperatur dan kelembapan yang harus dijaga di dalam data center:
Desain sistem pendingin harus terencana dengan baik agar aliran udara dari perangkat pendingin mengalir dengan arah parallel ke barisan kabinet/rak. Kriteria umum desain sistem pendingin pada data center yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut:
- Memiliki skalabilitas dan adaptabilitas yang sangat baik
- Sudah terstandardisasi
- Sederhana namun cerdas
- Manajemen yang baik
f. Perangkat Sistem Pendingin
Kegiatan pengaturan temperatur dan sirkulasi udara yang dikenal sebagai HVAC (heating, ventilation, air conditioning), bertujuan untuk menjaga agar temperatur tetap dalam keadaan rendah dan konstan serta menyebarkan titik-titik panas yang dibuat oleh suatu kelompok perangkat yang dalam hal ini terletak di data center. Temperatur yang rendah sangat diperlukan untuk efisiensi operasi server dan perangkat jaringan untuk menghindarkan dari fluktuasi. Sistem pendingin pada data center pada prinsipnya adalah sistem aliran udara dingin, yang terbagi menjadi tiga perangkat utama yaitu air handler, chiller, dan menara pendingin. Selain itu, juga ada perangkat pendingin tambahan
g. Sistem Fire Suppression
Solusi perlindungan data center dari api mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
Pasang sistem fire suppression yang komprehensif di data center untuk mencegah terjadinya api atau menangulanggi api yang sudah terlanjur muncul. Khusus untuk data center menggunakan gaseous suppressant yang tidak akan melukai server. Material suppression yang umum dalah Inergen dan Argonite, dua jenis gas mulia; FM-200 dan HFC-227 (dibuat dari heptafluoropropane); dan FE13 atau HFC-23 (yang menyerap panas dari api). Namun harus disesuaikan untuk izin penggunaan bahan-bahan tersebut dengan regulasi pemerintah yang ada di suatu negara. Lengkapi dengan instalasi sistem penyemprot air (sprinkler). Suplai air akan dikirimkan ke dalam ruangan melalui rute pipa yang telah dibuat. Peletakkan fire suppression tank yang tepat adalah pada area yang jarang orang berlalu lalang namun mudah untuk ditemukan. Secara umum, sistem fire suppression terdiri atas elemen-elemen sebagai berikut:
1. Deteksi panas yang linier (kabel sensor panas), ditempatkan sepanjang tray wire dan jalur elektrik baik di atas maupun di bawah raised-floor. Alarm pada sensor dibunyikan pada sistem kontrol bukan untuk memicu bekerjanya sistem fire suppression
2. Deteksi tipe spot secara intelligent
3. Deteksi asap
4. Portabel fire extinguisher
5. Agen pembersih sistem fire suppression
6. Pull station, perangkat sinyal, dan sistem control
Dari lima kelas handheld extinguisher, yang paling tepat untuk dipasang pada data center adalah handheld extinguisher tipe C (untuk kebakaran yang diakibatkan oleh sistem listrik). Material CO2 dan halogenated adalah material suppression yang dipilih karena meninggalkan sedikit sisa ketika sudah tidak digunakan lagi. Komponen minimum fire suppression yang harus digunakan pada data center sederhana sekalipun adalah sebuah sistem sprinkler biasa (yang bertindak sebagai pre-action sprinkler) dengan clean-agent fire extinguishers yang cocok. Kemudian meningkat kepada level yang lebih tinggi, maka sistem fire suppression yang lebih canggih akan meliputi air sampling smoke detection systems, pre-action sprinkler systems, dan clean agent suppression systems.Sistem peringatan proteksi dini sangat penting untuk menghindari kerusakan dan kehilangan yang dapat terjadi selama status kebakaran belum benar-benar terjadi (atau awal terjadinya kebakaran), karena kerusakan peralatan yang signifikan dapat semata-mata terjadi karena asap atau pembakaran produk-produk lain menyerang peralatan elektronik. Contoh sebuah sistem peringatan proteksi dini adalah air sampling smoke detection systems yang menyediakan proteksi level lain untuk ruang computer dan fasilitas-fasilitas pintu masuk terkait, ruang mekanik, dan ruang listrik. Sistem itu juga disediakan sebagai pengganti smoke detectors biasa, karena kesensitifannya dan kapabilitas deteksinya jauh melampaui detektor konvensional.
h. Sistem Pengkabelan
1. Desain Topologi Sistem Pengkabelan Data Center
Elemen dasar dari struktur sistem pengkabelan pada data center adalah sebagai berikut:
· Sistem pengkabelan horizontal (horizontal cabling)
· Sistem pengkabelan backbone (backbone cabling)
· Cross-connect pada pintu masuk (entrance room) atau (main distribution area)
· Main cross-connect (MC) pada area distribusi utama(main distribution area)
· Horizontal cross-connect (MC) pada ruang telekomunikasi, HDA atau MDA.
· Zone outlet atau konsolidasi titik pada zone distribution area
· Outlet pada area distribusi perangkat (equipment distribution area)
Gambar dibawah ini merepresentasikan berbagai elemen fungsional yang terhubung dengan sistem pengkabelan pada data center.
Gambar Topologi Pengkabelan pada Data Center
Sistem pengkabelan dalam data center menjadi salah satu hal yang paling rumit untuk merancangnya. Sistem pengkabelan mengambil peran dalam komunikasi antar item di dalam data center atau ke dunia luar. Kriteria sistem pengkabelan yang baik antara lain adalah
1. “Overwhelming” (“berlimpah”) dan well-structured dalam artian yang mampu menyediakan konektivitas yang luas (wide channel-capacity) dan terstruktur dengan baik (sesuai dengan ketentuan).
2. Sederhana, yang berarti struktur pengkabelan yang dibuat tidak rumit sehingga memudahkan relokasi atau maintenance.
3. Scalable dan fleksibel, dapat mengakomodasi kebutuhan mendatang dan perubahan yang terjadi, serta keragaman dari aplikasi user (servis yang dimiliki data center).
Namun adanya batasan seperti ruangan yang cukup terbatas dan kehadiran server-server yang akan terus online membuat rancangan sistem pengkabelan untuk data center harus benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal agar nanti ketika ada perubahan tidak akan mengganggu operasional data center online. Sistem pengkabelan juga berpengaruh terhadap usability dari data center dari segi pemilihan media kabel, berapa koneksi yang disediakan, dan bagaimana terminasi kabel yang diatur. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan sistem pengkabelan pada data center, yaitu:
1) Bangun seluruh sistem pengkabelan yang terstruktur di awal konstruksi data center
2) Sebisa mungkin gunakan kabel yang pendek, terkait dengan layout perangkat pada data center
3) Pilih media kabel yang tepat untuk koneksi tertentu
4) Populasi penghuni (ukuran wilayah atau jumlah fasilitas yang ada wilayah tersebut)
2. Tipe Sistem Pengkabelan Data Center
Ada dua jenis pendekatan sistem pengkabelan yang umum ada pada data center. Sistem pengkabelan pada jaringan dimulai dari pembangunan suatu barisan untuk menempatkan perangkat jaringan utama pada lingkungan server atau dikenal dengan nama barisan jaringan (network row/ room distributor/special distribution framework/home row/main street/ network hub).
Kemudian dari barisan jaringan ini akan dibangun suatu sistem pengkabelan terstruktur untuk menjalankan barisan server. Perbandingan kedua pendekatan dalam sistem pengkabelan diberikan pada tabel berikut:
3. Karateristik Kabel
Dalam menentukan jenis fisik kabel yang akan digunakan maka perlu mengetahui terlebih dahulu karateristik masing-masing kabel. Ada dua jenis yang umum dipakai dalam sistem pengkabelan, yaitu copper dan fiber.
Copper Cabling
Copper sangat cocok untuk mengantarkan data pada jarak yang dekat. Performanya hanya dapat terjamin sampai sekitar 100 m. Copper terdiri dari empat pasang kawat, yang dipelintir sepanjang kabel, putaran sangat penting terkait cara kerja kabel, jika kawat terurai-urai, maka kabel akan lebih rentan terhadap gangguan. Kabel Copper mempunyai dua konfigurasi :
· Solid cables: memberikan performansi yang lebih baik dan tidak terlalu rentan terhadap gangguan.
· Stranded cables: lebih fleksibel dan lebih murah, dan biasanya hanya digunakan dalam pembangunan patch cord.
Copper lebih hemat untuk digunakan pada sistem pengkabelan jarak pendek pada data center.
Fiber-Optic Cable
Kabel Fiber terdiri dari lima elemen:
1. Core: merupakan setipis rambut yang mampu membawa cahaya.
2. Cladding: yang menyelimuti core, mengandung dan merefraksikan cahaya
3. Coating: terbuat dari plastik yang melindungi core dan cladding dari debu atau goresan
4. Strengthening Fibers: untuk melindungi core pada saat instalasi
5. Jacket: membungkus semua material tadi kedalam plastik
Fiber optic lebih hemat untuk digunakan pada sistem pengkabelan jarak jauh pada data center. Ada juga yang dinamakan multimode fiber (digunakan untuk konektivitas jarak sedang, seperti dalam kebanyakan lingkungan data center atau diantara ruangan dalam satu gedung) dan singlemode fiber (digunakan untuk konektivitas jarak jauh, seperti antar bangunan pada kampus yang luas atau antara situs).
4. Elemen Dasar Struktur Sistem Pengkabelan Data Center
Pendefinisian elemen dasar struktur sistem pengkabelan pada data center diacu dari TIA-942 (Telecommunication Industry Association-942). Sistem pengkabelan pada data center akan terdiri dari infrastruktur kabel yang akan melingkupi produk atau vendor yang beragam.
Horizontal Cabling
Sistem pengkabelan horizontal terdiri dari kabel-kabel yang tersusun secara horizontal, terminasi mekanikal, dan patch cords (jumper). Pengertian horizontal disini adalah sistem pengkabelan akan berjalan secara horizontal baik diatas lantai ataupun di bawah atap. Ada beberapa servis atau sistem yang harus diperhatikan ketika mendesain suatu sistem pengkabelan secara horizontal, yaitu:
1. Servis telekomunikasi meliputi suara, modem dan faksimile
2. Perlengkapan dasar switching
3. Koneksi manajemen komputer dan telekomunikasi
4. Koneksi keyboard/video/mouse (KVM)
5. Komunikasi data
6. Wide Area Network (WAN)
7. Local Area Network (LAN)
8. Storage Area Network (SAN)
9. Sistem pemberian isyarat lainnya pada gedung (seperti kebakaran, keamana, energi, HVAC, EMS, dan lainnya)
Sistem pengkabelan secara horizontal dapat dibuat dalam bentuk under-floor atau overhead. Topologi yang dapat dipasang pada horizontal cabling pada data center adalah topologi star, maksudnya adalahJarak yang ditempuh pada sistem pengkabelan horizontal adalah
Backbone Cabling
Fungsi dari sistem pengkabelan backbone adalah untuk menyediakan koneksi antara main distribution area, horizontal distribution area, dan merupakan entrance area. Sistem pengkabelan backbone terdiri dari kabel backbone, main cross-connect, horizontal cross-connect, terminasi mekanikal, dan patch cord (jumper) yang digunakan untuk koneksi silang backbone-to-backbone. Sistem pengkabelan secara backbone harus mendukung kebutuhan konektivitas yang berbeda, misalnya LAN, WAN, SAN, saluran komputer, dan koneksi console perangkat. Pada dasarnya performansi transmisi tergantung dari karakteristik kabel, perangkat keras yang terhubung, patch cord dan kabel cross-connect, jumlah koneksi, dan perlakuan fisik terhadap kabel tersebut.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar